KABUPATEN BANDUNG | MEDIA-DPR.COM. Sintia Fatika Sari, gadis berusia 16 tahun, adalah bukti nyata bahwa semangat juang dan tekad yang kuat dapat mengalahkan segala rintangan.
Setiap hari, setelah menyelesaikan kegiatan belajar di sekolah, Sintia langsung berjibaku dengan tumpukan sampah di jalanan. Bukan karena terpaksa, melainkan demi menghidupi orang tua dan membiayai pendidikannya sendiri.
"Saya memulung sampah setiap hari, dari arah rumah mulai dari rest area menuju kantor kecamatan," ujar Sintia dengan nada tenang.
"Ini untuk biaya sekolah dan membantu orang tua. Bapak saya sudah tidak bekerja lagi, jadi saya harus berusaha sendiri. Saya tidak malu, karena saya tidak mencuri."
Di balik kesederhanaan dan kerja kerasnya, Sintia menyimpan mimpi besar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Berkat kerja kerasnya, Sintia berhasil diterima di SMP Negeri dan kemudian di SMK Negeri. Saat ini, ia bahkan mendapatkan Program Afirmasi Biaya Pendidikan (APB) jalur prestasi.
"Alhamdulilah saya melalui jalur prestasi bisa masuk ke SMKN 5 Pangalengan karena jalur PIP tidak keterima sekolah di SMKN 5 pangalengan alhamdulilah tidak bayar hanya bayar seragam sekolah saja, itupun belum lunas" tuturnya dengan senyum.
Prestasinya semakin gemilang ketika Sintia berhasil masuk ke kelas X di SMKN 5 Negeri Pangalengan melalui jalur prestasi. Kisah Sintia menjadi inspirasi bagi kita semua. Ia membuktikan bahwa keterbatasan ekonomi bukan penghalang untuk meraih mimpi dan berkontribusi bagi masa depan yang lebih baik.
Sintia mengumpulkan sampah untuk dijual ke pengepul. Terkadang, Sintia dan ibunya bekerja sama dalam memulung. "Kalau saya sendiri mulung, ibu yang nyortir di rumah," jelas Sintia.
Hasil dari memulung sampah ini Sintia gunakan untuk bekal sekolah dan makan setiap harinya.
Ibu Jamia, ibu Sintia (48 tahun), mengatakan bahwa Sintia memulung untuk membantu keluarga dan tidak memaksa anaknya untuk memulung sampah.
Ibu Jamia tinggal di Kampung Sidamukti RT 08 RW 04 Kebon Kacang Desa Pangalengan Kabupaten Bandung. "Jadi kita begini agar bisa makan dan biaya ongkos sekolah. Karena kan suami sakit ga bisa kerja dan ga bisa angkat angkat barang berat," ungkapnya.
"Ya kalau mulung setiap hari saya kalau anak pulang sekolah di bangun, Pendapatan setiap bulannya ada lah 1 jutaan kurang.
"Dan alhamdulilah Ada yang bantu juga orang kecamatan Pak Dadang bantu ngasih uang Rp. 700 ribu, untuk itu saya tidak bisa membalas kebaikan beliau hanya bisa mengucapkan terimakasih dan mendoakan," tambah Ibu Jamia.
Ibu Jamia berharap agar Sintia bisa terus bersekolah dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. "Saya berharap anak saya yang penting bisa sekolah, dan bisa melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi meskipun kita orang gak punya pekerjaan memulung tapi pendidikan lebih penting untuk masa depan nya," ungkapnya penuh harap.
"Saya punya anak tiga yang satu alhamdulilah sudah kuliah di Bogor mendapatkan beasiswa, Yang kedua sekarang Sintia yang suka bantu mulung masuk di SMK negeri jalur prestasi yang satunya masih sekolah dasar," lanjut Ibu Jamia.
"Alhamdulilah kalau sekolah sintia tidak bayar cuma bayar seragam aja satu juta empat ratus lima puluh ribu, Dan Sampai sekarang masih di cicil. Alhamdulilah di Bantu sama pak Dadang staf kecamatan Pangalengan Rp 700 ribu untuk bayar seragam," jelas Ibu Jamia.
"Kalau dari pemerintah alhamdulilah saya dapat bantuan PKH alhamdulilah untuk bantu bantu anak sekolah. Saya berharap semoga kelak anak saya bisa sukses meraih cita citanya meskipun kita hidup serba keterbatasan tetapi kita tidak akan putus asa untuk menjalani hidup ini," ungkap Ibu Jamia dengan penuh semangat. (Ayi Supriatna / Dher)