Pelajar SMPN 3 Pangalengan Belajar Gunakan Tenda

Iklan Semua Halaman

.

Pelajar SMPN 3 Pangalengan Belajar Gunakan Tenda

Staff Redaksi Banten
Rabu, 04 September 2024


KABUPATEN BANDUNG | MEDIA-DPR.COM. Helma Hidayat, Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) Sarana SMP Negeri Pangalengan 3, mengungkapkan keprihatinan atas kondisi sekolah pascagempa bumi yang terjadi pada 30 April 2024. 


Untuk sementara  KBM (Kegiatan Belajar Mengajar)   terpaksa di tenda karena kerusakan ruangan dengan jumlah 2 rombel, yang berjumlah per-rombel 35 siswa.


"Kondisi belajar di tenda sangat tidak nyaman. Panas, berdebu, dan bahkan terlihat  para pedagang . Siswa pun sulit berkonsentrasi," ungkap Helma saat ditemui di sekolah pada Selasa (03/09/2024).


KBM di tenda menurut Helma telah berlangsung sejak pertengahan Juli 2024. Pihak sekolah berharap perbaikan  ruangan yang rusak dapat segera dilakukan, imbuhnya.


"Kami sudah mengajukan proposal perbaikan sebanyak 2 kali, namun belum ada realisasi. Padahal, survei dari Dinas Pendidikan telah dilakukan sebanyak 3 kali, termasuk saat tenda didirikan," tambah Helma.


Kerusakan ruang kelas ini di akibatkan  bencana gempa bumi yang terjadi pada pukul 22:00 WIB tanggal 30 April 2024.


Lahan kosong bekas ruangan laboratorium IPA, yang udah lama  roboh  digunakan untuk lokasi tenda untuk kegiatan belajar mengajar. Ruangan sekolah  yang rusak ini baru dibangun pada tahun 2021, ujarnya.


Masih Helma menjelaskan ruangan laboratorium IPA yang di tempati tenda juga sangat di butuhkan untuk di bangun kembali. Idealnya, dengan 18 rombel, dibutuhkan 9 ruangan Laboratorium IPA. 


Saat ini hanya tersisa satu ruangan laboratorium, sehingga kami sangat membutuhkan tambahan 1 ruangan lagi," jelas Helma.


Selain perbaikan ruangan, pemindahan  kabel listrik juga menjadi kebutuhan mendesak.


Meskipun tiang beton telah terpasang, namun kabel listrik sampai saat ini belum di pindahkan.


"Pihak sekolah berharap agar perbaikan dan penyelesaian masalah infrastruktur dapat segera dilakukan untuk menunjang proses kegiatan belajar mengajar yang optimal," pungkas Helma. (Ayi Supriatna)

close