Ketua HNSI Tapteng Soroti Aksi Destructive Fishing yang Kian Merajalela

Iklan Semua Halaman

.

Ketua HNSI Tapteng Soroti Aksi Destructive Fishing yang Kian Merajalela

Staff Redaksi Banten
Senin, 01 Juli 2024


TAPTENG | Destructive fishing merupakan kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan bahan, alat, atau cara yang merusak sumber daya ikan maupun lingkungannya seperti menggunakan bahan peledak, bahan kimia, setrum, dan alat tangkap lainnya yang tidak ramah lingkungan. 


Kegiatan tersebut tidak hanya melukai ikan, namun juga dapat membunuh hewan-hewan kecil lain sehingga dapat merusak regenerasi dan rantai makanan yang ada di ekosistem hingga dapat beresiko kepunahan bagi biota laut. 


Hal ini akan sangat berpengaruh pada berkurangnya jumlah populasi ikan menyebabkan minimnya hasil tangkapan nelayan tradisional.


Peduli akan nasib nelayan kecil, Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Tapanuli Tengah, Anto Silalahi menyerukan tindakan penertiban pukat harimau yang kian marak di laut Sibolga-Tapanuli Tengah.


Dikatakan Anto, sebagai organisasi yang dekat terhadap nelayan dan keberlanjutan ekosistem buruk dampaknya terhadap lingkungan laut.


"Kami mendukung kebijakan Pemerintah yang melarang menggunakan kapal pukat harimau. Alat tangkap ini dapat merusak terumbu karang. Mengancam populasi ikan dan mengganggu keseimbangan ekosistem," jelasnya. 


Pihaknya meminta agar pukat harimau dapat beralih ke metode penangkapan yang lebih ramah lingkungan seperti jaring insang atau pancing. 


Sudah dijelaskan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18 Tahun 2021, tentang Penempatan Alat Penangkapan Ikan dan Alat Bantu Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia dan Laut Lepas Serta Penataan Andon Penangkapan Ikan.


"Kami juga berkomitmen untuk terus berkoordinasi dengan pemerintah dan pihak terkait guna mencari solusi yang adil bagi nelayan tradisional dan keberlanjutan sumber daya laut," pungkasnya. (Rossy Hutabarat)

close