Part 2
TAPTENG | MEDIA-DPR.COM. Penulis mencatat kisah, sesuai dengan bahasa dan alur cerita dari Sutan Leter Hutagalung, mengatakan Raja Anggoli Hutagalung adalah seorang yang amat 'Sakti' dengan memiliki kemampuan Supranatural yang beda dari 18 saudara sepupuh, kerabat dan sahabatnya orang dan marga itu.
Raja Anggoli Hutagalung memiliki sebilah Pedang Sakti yang terbuat dari Tulang belulang maklum mistis yang disebut Raut Seau atau Podang Mangiring Ronggur.
Menurut sejarahnya; Raut Seua, sudah dimiliki oleh Raja Anggoli Hutagalung ketika masih dalam kandungan Ibu-nya, bahkan ketika beliau lahir tangan kanan-nya mengengam Raut Seua yang berbalut dengan daging ari-ari.
Berdasarkan Silsilah, Raja Anggoli Hutagalung adalah turunan kelima dari Si Raja Hutagalung Patuan Napitu Ujungoloan, berperawakan tinggi, berkulit putih dan berpostur tubuh kekar, membedakan dirinya dari pada saudara-saudara sepupu, kerabat dan sahabatnya yang 18 orang itu.
Dan menurut kisah-nya, sahabat yang paling istimewa bagi Raja Anggoli Hutagalung adalah seorang turunan kelima dari Raja Angkola bermarga Dongoran, yang turut hadir diantara ke 18 orang-orang tersebut.
Si puncak Dolok Martimbang-lah mereka secara bersama-sama 'martonggo' untuk memohon kepada Mula Jadi Na Bolon bagi kesembuhan dan keselamatan penduduk Rura Silindung yang menderita penyakit dan kerugian materi; sekaligus para leluhur tersebut memohon untuk keselamatan Rura Silindung dari segala marabahaya penyakit di masa mendatang.
Usai acara 'martonggo' itu, dilanjutkan dengan acara 'mangalap ari' yang dicetuskan oleh Raja Anggoli Hutagalung dalam pertemuan itu yang intinya adalah untuk membuka perkampungan baru, bagi seluruh Warga Rura Silindung sekitarnya sekaligus bagi keturunan mereka sendiri di masa mendatang.
Dan menurut keterangan dari seorang Warga Desa Adiankoting bermarga Hutabarat pada 20 tahun silam kepada penulis menceritakan bahwa di puncak Gunung Dolok Martimbang ada batu 'Tonggonan' dibentuk secara melingkar, dengan garis tengah sekitar 20 meter, hal itu sebagai alas 'Martonggo' para leluhur yang seluruhnya berjumlah 19 orang itu.
Tidak lama setelah acara 'Martonggo' dan Mangalap Ari' diawal tahun 1515 itu, Raja Anggoli Hutagalung bersama 18 orang-orang Sakti itu bersepakat memulai menyusuri hutan belantara sesuai arah yang telah mereka sepakati bersama.
Mereka mula-mula bergerak menuju ke arah Selatan, dimulai dari Desa Pahae Julu hingga kearah Sarullah, hingga rombongan itu tiba di atas Gunung yang akhirnya mereka sebut 'Huta Siantar Gunung' dan Huta Nabolon yang lama kelamaan menjadi satu Desa yang sekarang dapat kita temukan setelah dan sesudah Desa Sigiringgiring di Kecamatan Tukka Kabupaten Tapanuli Tengah sekarang. (Rossy)