TAPANULI UTARA | MEDIA-DPR.COM. Hari ini merupakan sejarah bagi kawasan Danau Toba, dimana tepat (22/03/2016) tujuh tahun yang lalu, Pesawat Garuda jenis Bombardier CRJ 1000 mendarat mulus di Bandara Silangit Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara.
Ini merupakan penerbangan perdana Pesawat berbadan besar dengan melayani penumpang komersial. Menteri BUMN Rini Soemarno, dan Menteri Pariwisata Arif Yahya ikut serta dalam penerbangan perdana ini. Moment ini sebagai titik awal dibukanya rute penerbangan Jakarta ke Silangit dan Silangit ke Jakarta.
Kedatangan Pesawat itu pun disambut hangat oleh Bupati Kabupaten Tapanuli Utara Drs Nikson Nababan M.Si. dengan menyuguhkan tari-tarian adat khas Batak yaitu tor-tor kepada semua penumpang dan kru Pesawat Garuda tersebut. Sebagai wujud kegembiraan mulai terbukanya akses dari Tapanuli ke seluruh Nusantara.
Bandara Silangit yang sudah ada sejak penjajahan Jepang ini sempat mati suri, dan bahkan ingin dikembalikan sebagai bandara perintis. Namun di era kepemimpinan Nikson sebagai Bupati Tapanuli Utara, Bandara Silangit berkembang pesat dan kini menjadi pintu gerbang wisatawan berkunjung ke Danau Toba.
Hal ini juga membuat gairah masyarakat Batak, khususnya masyarakat Tapanuli, karena bisa dengan cepat sampai ke Jakarta dan para perantau pun dengan cepat mudik, atau ingin berkunjung ke kampung halaman..
Dan lagi, Bandara silangit tidak lagi menjadi beban bagi Pemda.
Kawasan Danau Toba, karena sebelumnya, Pemda harus memberikan subsidi, kepada Pesawat Capung Susi Air, yang melayani rute penerbangan dari Medan ke Silangit sejak tahun 2010
Kini, Bandara Silangit menjadi sektor pemasok Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi Taput. Tercatat pendapatan daerah Taput dari Bandara Silangit dalam tiga tahun terakhir mencapai 2,2 miliar rupiah lebih. Yang bersumber dari pajak parkir, pajak restoran, hingga kontribusi pemanfaatan tanah bandara silangit.
Namun di balik perkembangan Bandara Silangit ini, ternyata ada perjuangan, kerja keras tak kenal lelah, sikap berani mengambil risiko oleh sosok Pemimpin yang visioner, Nikson
Untuk diketahui, Bandara Silangit adalah bandar udara yang terletak di sebuah Desa di Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara.
Di bangun oleh Pemerintahan Jepang pada tahun 1944 dengan landasan pacu hanya sepanjang 900 meter.
Pada tahun 1950, Presiden RI. Ir. Soekarno menggunakan Bandara ini saat berkunjung ke kawasan Danau Toba.
Kemudian pada tahun 1994 bandara ini dibangun dengan menambah landasan pacu menjadi 1.400 meter dimasa Presiden RI Soeharto.
Pada tahun 2005, Bandara Silangit diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono(SBY). Namun setelah peresmian hingga tahun 2010, Bandara Silangit ini seperti mati suri.
Pembangunan Bandara ini kembali dilakukan, dengan memperpanjang landasan pacu hingga 2.250 meter, agar bisa didarati pesawat jenis Foker F100 maupun boeing 7 3 7 500.
Pada (18/01/2011). Presiden SBY beserta rombongan mendarat di Bandara Silangit menggunakan Pesawat Boeing 7 3 7 500.
dan Bandara ini pun memiliki landasan pacu sepanjang 2.400 meter, sehingga dinyatakan layak didarati oleh pesawat berbadan lebar sekelas A320, A320neo, A330, & B737 Next Generation, & MAX.
Pada akhir 2012, Kepemilikan Bandar Udara Silangit berpindah tangan dari Departemen Perhubungan ke PT Angkasa Pura II.
Dengan harapan dapat meningkatkan aksesibilitas serta menjadi ujung tombak perkonomian kawasan Danau Toba dan sekitarnya. Maskapai Wings Air pun melakukan penerbangan perdananya dengan rute Batam ke Silangit dan Silangit ke Batam pada 6 september 2013
Sejak dikelola Angkasa Pura II, Bandara Silangit disebut menjadi salah satu Bandara yang merugi. Sehingga Menteri BUMN Rini Sumarno saat itu mengusulkan, agar Bandara silangit dikelola kembali oleh Kementrian Perhubungan.
Dari enam Bandara yang dilaporkan merugi, Bandara Silangit lah yang kondisi keuangannya paling memprihatinkan. Wacana pengembalian Bandara Silangit ke kementerian perhubungan sontak membuat Nikson selaku Bupati Taput kecewa.
Impiannya sejak awal dilantik menjadi Bupati Taput menginginkan Bandara Silangit sebagai pintu gerbang berkunjung ke Danau Toba pun terancam buyar.
Padahal di tahun 2014 sejak ia menjabat, disebutkan bahwa Angkasa Pura II sudah merencanakan untuk pengembangan bandara silangit.
Nikson kecewa karena menurutnya BUMN tidak serius dalam membangun dan mengembangkan Bandara Silangit, yang saat itu hanya didarati oleh Pesawat-pesawat kecil.
BUMN disebut, tidak melakukan upaya, agar pesawat berbadan lebar untuk melayani penumpang dengan rute penerbangan dari Silangit ke Jakarta dan kota lainnya dapat mendarat dibandara silangit. Sehingga wajar disebut merugi.
Padahal salah satu lembaga survei resmi menyebutkan, Bandara Silangit akan berkembang jika ada maskapai yang membuka rute penerbangan dari Jakarta ke Silangit dan sebaliknya, silangit sangat potensial untuk dikembangkan.
Nikson mengatakan apabila Pesawat berbadan besar bisa melayani penumpang dari Bandara Silangit, dan dibukanya penerbangan dari Jakarta ke Silangit diyakini akan membuat Bandara Silangit tidak akan merugi.
Kekecewaan Nikson pun semakin memuncak. Karena biaya pengembangan Bandara Silangit yang sudah dianggarkan di APBN sekitar 400 miliar rupiah tiba-tiba menghilang. Dan status Bandara Silangit akan dipindahkan menjadi Bandara Perintis.
'Sebagai BUMN, Angkasa Pura II tidak mutlak hanya memikirkan keuntungan sebagaimana perusahaan swasta. Tapi juga harus memikirkan pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan moda transportasi yang cepat,” ucap Nikson dengan bereaksi keras.
Nikson pun mulai kalut, dan memaksanya untuk berupaya keras agar AngkasaPura II kembali menangani pengelolaan bandara silangit. Apalagi saat itu mencuat isu pembangunan akan memprioritaskan Bandara Pinang Sori Kab. Tapteng.
Dia pun bergerilya melakukan lobi-lobi sampai ke DPR-RI, dan menyampaikan pernyataan pernyataan pedas di media.
Sehingga mendapat respon dari Anggota komisi V DPR-RI, yang Anggotanya salah satu Putra Tapanuli Utara Sukur Nababan, komisi V DPR-RI pun langsung melakukan kunjungan kerja ke Tapanuli Utara pada Agustus 2015, untuk melakukan survey ke Bandara Silangit. yang selanjutnya melakukan pertemuan dengan Direktur Angkasa Pura II, Budi Karya Sumadi di Hotel GNB Muara.
Alhasil, Dalam pertemuan itu Direktur Angkasa Pura II menyatakan komitmen, bahwa Angkasa Pura II akan melanjutkan pengembangan Bandara Silangit, dan membatalkan pengembalian bandara silangit ke kementerian perhubungan menjadi bandara perintis.
Sebagai bentuk dukungan Bupati Tapanuli Utara terhadap pengembangan Bandara Silangit oleh Angkasa Pura II, Bupatipun bermohon agar lahan kementerian kehutanan yang berada dikawasan Bandara Silangit untuk diberikan menjadi Asset Tapanuli Utara.
Permohonan itu pun disetujui oleh Kementrian Kehutanan. Dan kemudian Pemerintah kabupaten Tapanuli Utara meminjamkan lahan tersebut kepada Angkasa Pura II seluas 1.634.400 meter persegi. untuk kepentingan perluasan terminal dan run way Bandara Silangit.
Pada Awal Maret 2016 Presiden RI. Ir
Joko Widodo (Jokowi) melakukan kunjungan kerja ke Danau Toba.
Kesempatan itu pun tidak disiasiakan Nikson, dia membisikkan agar permohonan pesawat berbadan besar dapat melayani penerbangan dari silangit ke Jakarta.
Pada saat itu juga Presiden Jokowi memanggil Direktur Utama Garuda dan Menteri Perhubungan dengan menanyakan apakah Maskapai Garuda bisa terbang ke Bandara Silangit minggu depan.? Pihak Garuda pun berjanji akan segera menindaklanjuti perintah Presiden Jokowi.
Beberapa hari kemudian, Nikson dipanggil oleh Direktur Garuda ke kantornya dan mengatakan bahwa Pesawat Garuda tidak dapat mendarat dan lepas landas dari bandara Silangit.
Pihak Garuda beralasan, reputasi maskapai Garuda Indonesia Airways (GIA) di mata penerbangan internasional, membuat mereka menerapkan standard keselamatan penerbangan yang cukup tinggi.
Sehingga Garuda tidak mau megambil resiko, jika sampai terjadi kecelakaan penerbangan, yang diakibatkan adanya tebing yang tinggi di ujung run way Bandara Silangit, tentunya akan mencoreng nama baik Garuda di dunia penerbangan internasional.
Pernyataan itu membuat dia geram dan menggebrak meja karena menurutnya hal itu sudah melawan perintah Presiden Jokowi yang sebelumnya telah memerintahkan agar pesawat garuda membuka rute penerbangan ke Silangit.
Akhirnya pihak Garuda Indonesia memberi persyaratan. Agar Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara meratakan tebing yang berada di ujung run way tersebut dalam waktu tidak lebih dari 2 minggu.
Nikson pun menyanggupi permintaan pihak Garuda tersebut. Diperjalanan, Nikson menelepon Kedis PUPR Taput dan memerintahkan untuk segera melakukan pemapasan tebing yang dimaksud.
Tetapi Kadis PUPR melaporkan bahwa itu adalah pekerjaan mustahil dikerjakan dalam waktu dua minggu, karena selain peralatan yang minim, dananya tidak ada ditampung dalam APBD Taput.
Nikson berpikir keras bagaimana caranya itu harus tuntas sesuai waktu yang diminta pihak Garuda. Sebab itu adalah kesempatan terakhir. Apabila tidak dituntaskan maka Maskapai Garuda tidak akan bisa mendarat di bandara silangit dan besar kemungkinan bandara silangit akan tetap mati suri dan bahkan akan dikembalikan menjadi bandara perintis.
Alat berat yang dibelikan Pemda Taput untuk membuka akses-akses ke Desa-desa terisolir, kemudian diperintahkan untuk segera ditarik dari Desa terpencil untuk segera melakukan pemapasan tebing tersebut.
Kendala pun terjadi, karena escavator yang bekerja hanya lima unit. Walaupun bekerja 24 jam nonstop, selama dua hari, tidak mampu memapas tebing tersebut sepertiganya.
Nikson pun menghubungi Pemerintah Kabupaten tetangga, yaitu Kabupaten Toba dan Kabupaten Humbang Hasundutan, untuk meminjam alat berat mereka. Itupun tidak mampu.
Kemudian, Nikson pun menghubungi pengusaha- pengusaha lokal yang mempunyai alat berat dan mobil pengangkut tanah agar mau dipinjamkan untuk memapas tebing, dan memindahkan tanah tersebut dari lokasi Bandara Silangit.
Escavator yang bekerja bertambah, menjadi 20 unit. Mereka bekerja nonstop 24 jam. Biaya BBM pun harus dari kantong pribadi, karena dana untuk itu tidak ditampung dalam APBD Kabupaten Tapanuli Utara.
Salah satu pejabat Taput yang saat ini telah pensiun menyebutkan, dalam pengerjaan tebing dan menampung subsidi untuk Garuda, ada risiko yang sebenarnya diambil Nikson.
Pertama, pengerjaan lahan Angkasa Pura II seyogianya dikerjakan oleh Angkasa Pura II itu sendiri, bukan Pemda Taput.
Yang kedua, subsidi untuk Garuda juga dikwatirkan akan membebani keuangan Pemkab Taput. Saat itu Bupati Nikson menyebut apabila nantinya anggaran yang digunakan disebut menjadi temuan, maka Nikson bersedia mengganti dana tersebut secara pribadi.
Hal itu untuk satu tujuan, bagaimana agar Tapanuli Utara lebih maju dengan berkembangnya bandara silangit.
Setelah penandatanganan MOU tersebut, akhirnya Garuda melakukan penerbangan perdananya untuk rute Jakarta-Silangit dan Silangit-Jakarta mulai 22 maret 2016, dengan Frekwensi terbang 3 kali sepekan yakni Selasa, Jumat, Minggu, dengan menggunakan pesawat Bombardir CRJ-1000, dengan kapasitas 96 kursi.
Dan ternyata penumpang Garuda yang menggunakan Bandara Silangit sangat ramai. Hal itu ditandai dengan masuknya Sriwijaya Air membuka penerbangan Jakarta-Silangit, Silangit-Jakarta pada 26 April 2016.
Subsidi untuk Garuda pun tidak lagi harus dianggarkan meski sempat digunakan hingga sekitar 1,1 Miliar rupiah. Karena maskapai lain Seperti Sriwijaya Air, CitiLink dan Batik Air juga sudah terbang ke silangit. Hal ini menunjukkan bahwa penumpang yang menggunakan bandara Silangit semakin ramai.
Tanggal (24/11/2017) Bandara Silangit diresmikan oleh Presiden Jokowi menjadi Bandar Udara Internasional, dan memerintahkan jajarannya untuk memperpanjang runaway Bandara Silangit menjadi 3.000 meter.
Dengan perjuangan panjang Nikson akhirnya Maskapai Malindo Air pun membuka penerbangan Silangit-Malaysia pada Agustus 2018.
Air Asia mulai melayani penerbangan domestik pada 2 September 2022 dari Silangit, dan kemudian Citylink terbang perdana Batam-Silangit mulai desember 2022.
Jumlah penumpang yang menggunakan bandara silangit mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Di tahun 2010 hanya sekitar 20 ribu penumpang pertahun sedangkan ditahun 2022 sudah mencapai 300 ribu penumpang dalam setahun.
"Awalnya hanya sebuah mimpi. Namun, kuasa dan berkat penyertaan Tuhan Yang Maha Pemurah, telah menjadikan terobosan itu nyata," Ujar Nikson.
Nikson mengungkapkan, mimpi yang telah menjadi nyata akan melahirkan harapan-harapan baru yang berimbas pada peningkatan taraf kehidupan masyarakat di kawasan Danau Toba, khususnya masyarakat Tapanuli Utara, yang akan mewujudkan terciptanya kemajuan, kemakmuran, dan kemandirian. (Rossy)