BANGLI - Upacara Bayuh Bumi Yayasan Pasraman Bhuwana Dharma Shanti (BDS)
kembali menyelenggarakan Upacara Yadnya Bayuh Bumi pada hari Tilem
Katiga yang juga bertepatan Umanis Galungan, Kamis kemarin (17/9), di
Danau Batur, Kintamani, Bangli. Upacara ini dipuput oleh Ida Rsi
Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti.
Ida Rsi
Bhujangga yang juga Pembina Yayasan Pasraman BDS menyampaikan, tujuan
upacara Bayuh Bumi yaitu memohon agar pademi Covid-19 cepat berlalu. Di
samping itu, Galungan ini jatuh pada prewanining Tilem Katiga, yang
termasuk sasih yang perlu dibersihkan (mecaru).
“Upacara Bayuh Bumi I, bulan Mei lalu bertempat di segara (laut),
sedangkan upacara Bayuh Bumi II ini bertempat di gunung, jadi nyegara
gunung,” katanya, saat di konfirmasi MEDIA-DPR.COM usai pelaksanaan
upacara.
Sulinggih asal Sesetan, Denpasar ini menjelaskan, Bayuh
Bumi merupakan upacara penyeimbangan ekosistem bumi dengan melaksanakan
Caru Panca Korsika lengkap dengan panca datu dan menyuarakan Panca
Genta. Pelaksanaan upacara juga disertai dengan pelepasan burung-burung
dan beberapa binatang ke alam bebas, sebagai usaha untuk ‘memerdekakan
roh’, serta menyongsong ‘Bali Bangkit’ sehingga kehidupan ekonomi dan
kepariwisataan dapat cepat pulih kembali.
Ida Rsi memaparkan,
dasar pertimbangan pelaksanaan upacara tersebut mengacu isi lontar Roga
Sangara Bumi yang menyebutkan “…. ritatkalaning ganti kaliyuga bumi,
Dewa metilar ing madya loka, mantuk ring swarga Mahameru, ginantyaning
dening bumi sabumi, sami wwang kasurupan bhuta…” Artinya: “…. ketika
pergantian bumi kaliyuga, para Dewa meninggalkan buminya manusia, pulang
ke sorga yang tertinggi, digantikan oleh bumi dalam keadaan yang tidak
seimbang, manusia di bumi semua dirasuki bhuta…” Dari keadaan kurangnya
keseimbangan di dunia ini, sehingga timbul pademi alam maupun pademi
buatan yang mengikuti Rta (sirkulasi alam).
Di samping itu, lanjut Ida Rsi, kini menginjak pada Sasih Katiga, yaitu
salah satu Sasih Mala (sasih yang sering membawa penyakit). Adapun Sasih
Mala siklus tiga bulanan meliputi Sasih Katiga, Kenem, Kasaanga,
Sadha/Mala Sada. “Terlebih lagi Galungan yang jatuh pada tanggal 16
September 2020 ini termasuk Galungan Naramangsa, yakni Galungan pas
jatuh pada prewanining Tilem Katiga,” jelasnya.
Upacara yang
berlangsung sehari ini diawali dengan matur piuning dan mendak tirta ke
Pura Ulun Danu Songan, Pucak Gunung Batur, Pura Pancering Jagat Trunyan,
Pura Penglepasan di Desa Buahan. Setelah upacara pacaruan selesai,
dilanjutkan dengan pelepasan ribuan burung, kura-kura, dan beberapa
binatang lainnya. Juga dilaksanakan pakelem berupa panca datu (emas,
perak, tembaga, besi, dan permata) serta ayam dan bebek hitam di tengah
Danau Batur.
Pelaksanaan upacara menerapkan protokol kesehatan yang ketat seperti cuci tangan, pakai masker, duduk yang terpisah (jaga jarak). Kegiatan ini dihadiri Sekretaris Utama Bendesa Agung (MDA) Provinsi Bali, Bendesa dan Prajuru Desa Adat Batur dan Buahan. Pada akhir acara dilakukan penyerahan dana punia dan sumbangan masker dari Keluarga Alumni UGM Provinsi Bali dan Yayasan BDS kepada krama desa adat setempat. (GUN)