SUMATRA SELATAN |MEDIA-DPR.COM,
Gending Sriwijaya ditabuh. Juli 2020 ini, tepat dua tahun Mayor Jenderal (Mayjen) TNI Irwan Zaini menjadi panglima Komando Daerah Militer (Kodam) II/Sriwijaya. Kodam yang membawahi lima wilayah provinsi, yakni Sumatra Selatan, Jambi, Bengkulu, Lampung, dan Bangka Belitung. Dua tahun waktu yang cukup untuk menduduki jabatan panglima Kodam.
Rotasi dan mutasi perwira tinggi untuk jabatan panglima Kodam sudah bergerak sejak Maret-April 2020 lalu. Teranyar berdasarkan Surat Keputusan Panglima TNI Nomor 588/VII/2020, tanggal 27 Juli 2020. Mutasi kali ini giliran untuk tiga panglima Kodam, yakni: Kodam Sriwijaya, Kodam Jayakarta, dan Kodam Mulawarman. Termasuk untuk Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad), Komandan Pusat Kesenjataan Infanteri, dan Gubernur Akademi Militer (Akmil).
“Saya harus siap menerima perintah pimpinan untuk penugasan di mana pun,” kata Mayjen TNI Irwan Zaini. Dalam mutasi terbaru, Irwan digantikan adik kelasnya, Mayjen TNI Agus Suhardi, abituren (lulusan) Akmil 1988-A dari korps Infanteri.
Sebelumnya Irwan pernah menjadi Asisten Logistik (Aslog) Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) pada 2017, direktur Zeni Angkatan Darat pada 2014, komandan Korem di Palagkaraya pada 2012, komandan Pusat Pendidikan Zeni (Pusdikzi) pada 2012, Kepala Zeni Kodam Brawijaya pada 2010, serta komandan Resimen Zeni Konstruksi (Danmen Zikon) pada 2009.
Saat berpangkat Letnan Kolonel, ia perah menjadi wakil komandan Pusdikzi, komandan Kodim di Padang, serta Komandan Batalyon Zikon 13 di Jakarta. Ia mengawali karier sebagai Komandan peleton di Batalyon Zeni Tempur (Zipur) 10 Amfibi, Divisi Infanteri 2, Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad). Setelah itu ke Detasemen Zeni Bangunan (Denzibang) Kodam Jayakarta. Ia pun pernah menjadi wakil komandan Batalyon Zipur 9 Para, Divisi Infanteri 1 Kostrad. Saat pecah kerusuhan di Maluku pada 2000, Irwan ditugaskan di Kodam Pattimura.
Irwan teman satu letting (kelas) dengan KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa. Abituren Akmil 1987. Jika Andika dari korps Infanteri, Irwan dari korps Zeni. Dari 15 panglima Kodam, mayoritas memang berasal dari korps Infanteri. Sesuatu yang wajar, karena mayoritas personel Angkatan Darat, sekitar 75 persen lebih berasal dari Infanteri.
Sehingga jika ada perwira tinggi korps Zeni, korps Kavaleri, korps Artileri Medan (Armed), dan korps Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) jadi panglima Kodam, maka mereka tentulah memiliki prestasi istimewa. Pilihan pimpinan TNI.
Jejak Zaeni Irwan bukan orang pertama dari korps Zeni yang pernah menjadi panglima Kodam Sriwijaya. Sebelumnya ada Mayjen TNI Syarifuddin Tippe pada Juni 2006 hingga Janurari 2008. Artinya 9,5 tahun berlalu, perwira korps Zeni kembali menjadi panglima Kodam Sriwijaya. Syarifuddin abituren Akmil 1975, satu letting dengan mantan KSAD dan Panglima TNI almarhum Jenderal Djoko Santoso.
Syarifuddin terakhir berpangkat Letnan Jenderal TNI. Jabatannya rektor Universitas Pertahanan. Pangkat akademiknya profesor (guru besar). Gelar akademik tertingginya doktor (S3). Ia lulusan terbaik Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad) tahun 1990.
Apakah cuma mereka berdua dari korps Zeni yang pernah menjadi panglima Kodam Sriwijaya? Jawabannya tidak. Bahkan pada 1979 hingga 1987, selama delapan tahun berturut-turut, panglima Kodam Sriwijaya berasal dari korps Zeni. Mereka adalah Brigadir Jenderal (Brigjen) TNI Try Sutrisno, Brigjen TNI Arie Bandiyoko, Brigjen TNI Roestandi AM, dan Mayjen TNI Siswandi.
Siapa mereka? Mereka mantan taruna yang mengenyam pendidikan selama empat tahun di Akmil di Bandung. Abituren tahun 1956 hingga 1959. Dahulu disebut Akademi Genie Angkatan Darat, berubah menjadi Akademi Zeni Angkatan Darat (Akziad). Kemudian berubah lagi menjadi Akademi Teknik Angkatan Darat (Atekad). Hingga akhirnya diintergasikan dengan Akmil di Magelang, menjadi Akmil Jurusan Teknik di Bandung. Mereka mengawali lulusan akademi berpangkat Letnan Dua (Letda) yang dilantik oleh Presiden Sukarno.(RED)